Dwi Cheppy Dharmawan's


Menjadi ketua BEM sebenernya sempet terbayang di kepala ini jauh sebelum mengenal BEM lebih dalam. Semakin gw kenal BEM maka pikiran itu menjadi semakin mendetail soal seperti apa ketua BEM. Setiap detail yang kemudian coba dicocokan dengan kondisi diri. Semua detail itu akhirnya bisa sedikit demi sedikit dimengerti. Bukan hal yang mudah untuk menjadi ketua organisasi sepenting BEM. Berbagai macam jenis perbincangan juga gw lakuin supaya makin paham baik sama orang-orang yang memiliki pikiran senada maupun berseberangan. Sampai akhirnya disuatu malam ada orang yang mengajak gw bersama-sama untuk memahami makna menjadi ketua BEM lebih detail.

Agenda malam itu sebenarnya untuk mengerjakan tugas kuliah, tapi seperti kebanyakan tugas kelompok lainnya selingan perbincangan out of topic cukup sering. Perbincangan tentang kondisi pertemanan sampai kondisi kampus jadi pembahasan juga. Pembahasan soal kondisi kampus yang pada ujungnya mengarah pada suatu 'kesepakatan'.

Perbincangan kondisi kampus pada awalnya dibahas santai seperti biasa. Pembahasan ini bisa gw bilang biasa karena memang isi anggota kelompok saat itu semuanya adalah organisatoris. 3 orang merupakan aktifis di BEM dan 1 orang lainnya di lembaga legislatif. Bahasan kita mulai dari permasalahan yang ada dikampus. Berbagai analisis dan pandangan diutarakan untuk mengetahui akar permasalahan dan solusinya.

Diskusi tersebut tampak jauh lebih serius daripada pas ngerjain tugasnya. Entah hanya gw yang melakukan atau memang dia juga. Pada diskusi kali ini gw ngerasa ada kesamaan tujuan penyelesaian masalah tapi kita memandang cara penyelesainnya berbeda. Beberapa kali teman kami nyeletuk 'udah  kalian berdua nyalon aja'. Celetukan pertama gw anggap biasa aja, tapi setelah beberapa kali sepertinya dia mulai serius dengan celetukannya tersebut. Keseriusannya mulai tampak karena beberapa kali dia menyertakan alasannya kenapa gw dan dia harus maju.

Alasan yang disampaikan oleh salah satu dari kelompok itu memang dapat gw terima. Mungkin disini juga ada unsur self confident yang berlebih dari diri gw tapi itu cocok dengan data yang ada juga. Sampai akhirnya pas tugas resmi hampir selesai dan pembahasan mulai memuncak ke arah bagaimana organisasi ditahun depan akhirnya tawaran itu muncul. Hasna melontarkan sebuah tawaran yang isinya...

"Kalau pemira nanti wajib berpasangan, ayo cep kita maju bareng kamu jadi ketuanya dan aku wakilnya, tapi semisal tetep sendiri-sendiri yaudah kita sama-sama maju dan yang kalah jadi wakil, gimana?" 

Respon gw saat itu simple aja sih "lah, serius nih?' dan Hasna menjawabnya dengan sangat serius. Ngeliat keseriusan itu akhirnya gw coba cocokin dengan prinsip puzzle yang udah terngiang dikepala. Prinsip tersebut ternyata sesuai jika gw maju bersama Hasna. Selanjutnya gw mengajukan 3 pilar yang juga sebelumnya udah terbangun dikepala dan tanpa negosiasi lagi semua langsung disetujui. Dihadapan dua orang teman yang kemudian salah satunya menjadi bagian kabinet gw dan satunya lagi jadi pimpimnan di lembaga lain, kami menyepakatinya.




#MerancangPersahabatan